Selasa, 15 Oktober 2013
Minggu, 06 Oktober 2013
Pengertian Introspeksi Diri
Beberapa waktu lalu saya searching untuk mencari referensi mengenai bagaimana cara Instrospeksi Diri.
Ingin sekali tau arti dan cara untuk Introspeksi Diri secara ilmiah.
Banyak sekali referensi pengertian tantang referensi diri, akan tetapi
yang membuat saya tersentuh yaitu artikel dari Sdr Erwin Ariyanto, berikut kutipannya:
Sebuah kapal yang akan berlayar pasti
membutuhkan petunjuk arah. Namun tak kalah pentingnya adalah selalu
mengetahui posisi yang benar ketika di lautan lepas. Karena sedikit
kekeliruan membuat kapal tersesat dan kehilangan arah. Demikian halnya
kehidupan kita. Secara berkala kita perlu evaluasi. Ada
banyak peristiwa di mana kita harus belajar dan membiasakan introspeksi
diri. Bercermin untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan pribadi, agar
dapat mengembangkan diri menjadi lebih baik lagi. Introspeksi diri
sangat diperlukan karena : Proses tidak selalu berjalan konstan.
Pengalaman yang serupa tidak selalu memberi hasil yang sama. Selalu ada
keterbatasan dan perbedaan sudut pandang. Tiap masalah memiliki titik
kritis tersendiri.
Cara Introspeksi Diri
Melalui introspeksi diri
kita akan mampu menemukan makna dari setiap tujuan yang kita miliki dan
akan semakin memastikan, apakah tujuan yang telah kita tetapkan
sebelumnya sudah terarah atau belum. Karena Sering kita melihat
kesalahan orang lain bahkan mengkritik kesalahan yang dibuat orang lain,
sadarkah kita bahwa kita pun sering berbuat salah, melalu cara
intropeksi diri sendiri kita dapat memahami kekurangan dan kelebihan
yang kita miliki.
Rasanya lebih enak mengomentari orang
ya.. banyak komentator atau belum lagi banyak pemerhati yang menanggapi
tentang orang lain ini tanpa mengetahui bahwa orang yang mengomentari
orang lain dirinya belum tentu dalam keadaan lebih baik dari orang yang
di komentari.
Introspeksi Diri
juga perlu dalam melihat jauh ke dalam diri anda, menanyakan langsung
ke diri anda apakah anda sudah berhasil mencapai apa yang anda inginkan,
apakah cita-cita anda sudah terlaksana, apakah diri anda sudah dalam
track yang benar. dengan introspeksi diri kita bisa tau apakah kita
sudah melakukan sesuatu, melakukan perubahan yang lebih baik, menyadari
tindakan kita sudah tepat. Terkadang kita terlena dalam pemikiran
“Santai Aja nanti juga akan terlaksana sendiri ” / ” Kan saya sudah
baik” tanpa pernah mau benar-benar memikirkan keadaan yang sebenenarnya
terjadi dalam diri anda.
Dengan Intropeksi diri anda dapat
mengevaluasi, Kata-kata, Impian kita, Sikap kita, Tindakan kita, dan
Pemikiran kita ke arah yang lebih baik, dan hal-hal tersebut memiliki
kekuatan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dalam hidup anda. Apa
yang anda katakan, fikirkan, dan kerjakan. Itu yang Anda dapatkan dalam
hidup anda.
Jangan pernah ragu untuk instropeksi
diri anda, karena anda memang membutuhkan hal itu, dengan introspeksi
diri anda seperti berdiri diatas cermin, melihat keadaan diri anda
sendiri, dan coba lah untuk jujur saat anda melakukan introspeksi diri
anda, agar anda mendapat gambaran yang sesungguhnya dari diri anda.
Perlu diingat pemikiran anda akan lebih
menarik pengalaman-pengalaman untuk membenarkan apa yang anda percayai,
bukan apa yang anda miliki konsep introspeksi dirilah sebagi controler
dalam kehidupan anda. Introspeksi diri yang paling baik adalah yang
paling jujur. Soal teknik, intinya kita harus tau dulu apa yang benar,
baru bisa mengenali apa yang salah, lalu bagaimana cara melakukan introspeksi diri,
- Memahami kelemahan pribadi. Introspeksi diri diawali dengan sikap rendah hati. Menyadari bahwa kita tidak luput dari kekeliruan atau kesalahan. Orang yang sombong tidak mau melakukan evaluasi diri karena selalu merasa benar. Akibatnya tidak ada pertumbuhan pribadi, karena hanya bersikap menyalahkan orang lain, situasi atau bahkan Tuhan. Memahami titik kritis berarti memiliki sikap waspada dan antisipasi. Kemampuan untuk menjaga diri dan mewaspadai situasi sebelum terjadi hal-hal yang fatal.
- Agenda introspeksi. Kapan dan apa saja dalam diri kita yang perlu dievaluasi? Pertama, sebelum melakukan sesuatu. Ada pepatah mengatakan bahwa orang yang mau membangun menara pasti akan memperhitungkan anggaran biayanya. Introspeksi dalam hal langkah awal yang harus dilakukan, bagaimana rencana dan kesanggupan atau sumber-sumber yang kita miliki. Kedua, ketika sedang melakukan sesuatu. Introspeksi diperlukan untuk mencegah agar tidak terlanjur lebih jauh lagi jika ternyata ada kekeliruan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah metode dan cara, asumsi dan pandangan, pengetahuan dan keahlian yang digunakan. Proses antisipasi titik kritis dan langkahlangkah perbaikan jika diperlukan. Ketiga, setelah melakukan sesuatu. Pengalaman selalu merupakan guru yang terbaik. Introspeksi diri berguna untuk tindakan perbaikan atau recovery jika terjadi kekeliruan. Atau menjadi pembelajaran agar kelak kita tidak mengulang kesalahan yang sama.
- Proses menuju pribadi yang lebih baik. Introspeksi diri bukan berarti bersikap menghakimi atau menyalahkan diri sendiri. Tetapi bentuk kebesaran hati untuk memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri. Orang yang sulit melakukan introspeksi diri cenderung bersikap kekanak-kanakan. Karena kedewasaan dan kematangan pribadi lahir dari keterbukaan untuk mengevaluasi dan mengembangkan diri sendiri.
Instropeksi diri
adalah melihat ke dalam diri sendiri, Nah pada waktu melihat diri
sendiri inilah kita harus benar-benar jujur untuk menghasilkan
introspeksi diri yang tepat. Dan setelah itu mulailah hidup baru
perbaiki kesalahan lalu, berpikirkan ke depan dengan segala sesuatu yang
baik. Maka jadikan hari ini sebagai momentum diri menjadi pribadi yang
sukses dan benar dengan introspeksi diri.
“Jujurlah pada diri sendiri, Salah katakan salah, dan benar katakan benar, lakukan introspeksi untuk kebaikan diri anda bukan orang lain”
psikologis
Banyak orangtua dan guru yang mengikuti seminar saya berkomentar “Oke,
teknik yang Anda berikan untuk mengatasi problematika anak sangat
bagus. Tapi, saya tidak yakin bisa menerapkan apa yang telah Anda
ajarkan” lalu tanya saya “Apa sebabnya?”, “Pertama saya tidak disukai anak, berikutnya bagaimana mengkomunikasikan pada mereka ?”.
Jelas ini adalah masalah, tapi tenang ada cara bagaimana memahami
perilaku anak. Tapi sabar dahulu sebab ada bagian yang harus Anda pahami
dahulu.
Banyak dari orangtua dan guru bertanya dalam pikiran mereka sendiri :
- Mengapa anak saya tidak peduli dengan masa depannya?
- Mengapa mereka melakukan hal-hal yang tidak masuk akal (guru dan orangtua)
- Mengapa mereka tidak mau mendengarkan walupun sudah diingatkan berkali-kali?
- Mengapa anak saya membiarkan dirinya dipengaruhi oleh hal-hal negatif dari teman-temannya yang tidak berguna?
Nah, pertanyaan utama : bagaimana memahami perilaku dan pemikiran mereka?
Jawabanya adalah EMOSI mereka. Emosi
sangat menguasai logika berpikir mereka anak-anak dan remaja. Remaja
dan anak-anak jauh lebih banyak didorong oleh perasaan mereka daripada
pemikiran yang baik untuk mereka. Dengan mengetahui hal ini, maka
sia-sia upaya kita mengkuliahi mereka seharian. Membombardir pikiran
mereka dengan nasehat positif, menjadikan diri kita motivator dadakan
didepan mereka tidak akan mempan. Justru membuat anak bertambah “sebal” dengan kelakuan kita. komentar atau nasihat seperti : “kamu harus giat belajar”, “jangan buang waktumu dengan bermain terus”, “jaga kebersihan dikamarmu”, kecuali bila kita sudah terlebih dahulu mengenali perasaan mereka.
Dalam kondisi emosi
yang negatif seorang anak tidak dapat menerima input dan nasehat bahkan
titah sekalipun yang dapat mengubah perilaku mereka. Berbeda hasilnya
jika kita mampu mengerti dan mengenali perasaan emosi
mereka terlebih dahulu maka mereka akan terbuka dan mendengarkan saran
logis dari kita. Anak–anak dan remaja akan melakukan sesuatu jika
membuat mereka merasa nyaman atau enak di rasanya atau hatinya.
Sebelum melangkah lebih jauh, kita akan belajar
bersama, bagaimana reaksi kita dalam menghadapi masalah anak.
Seringkali jika ada masalah maka yang ada dibenak kepala kita umumnya
ada 3 hal, yaitu :
1. Memberi Nasihat, misal: “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita pada umumnya “apa-apaan kamu ini sekolah bukan tempat belajar jadi tukang berantem, hanya penjahat yang menyelesaikan masalah dengan berantem”
2. Menginterogasi, misal: “Hp saya hilang di sekolah” respon kita pada umumnya “kamu yakin bukan kamu sendiri yang menghilangkan? Yakin kamu tidak lupa, coba diingat kembali”
3. Menyalahkan dan menuduh, misal: “tadi Edo dihukum karena tidak mengerjakan PR” respon kita pada umumnya “dasar anak malas, mulai hari ini kamu harus lebih disiplin dan perhatikan tugas disekolah”.
Setelah melihat ketiga contoh diatas, tidak ada satu ruang pun untuk mengakui perasaan atau emosi
anak, betul? Seringkali kita ini hanya memberikan masukan tanpa mau
mendengar apa yang sebenarnya terjadi (lebih tepatnya perasaan apa yang
terjadi pada diri anak kita). Ketika emosi seorang anak diabaikan mereka akan lebih marah dan benci. Selama ini mereka berada dalam keadaan emosi negatif, semua nasihat-nasihat maksud baik kita tidak akan digubris, malah akan di “gubrak”.
Cara terbaik untuk memahami anak kita
adalah, mengakui emosinya (kenali emosinya) dan beri mereka kekuatan
untuk menemukan solusi atas masalah mereka sendiri. Caranya adalah:
1. Dengarkan mereka 100%, tatap matanya dengan tatapan datar atau sayang. (Berikan perhatian dan pengakuan)
Terkadang yang dibutuhkan anak hanya didengar saja, bukan solusinya. Hanya memberikan perhatian 100% kita bisa terkejut, ternyata anak mau terbuka dan mau berbagi pikiran dan perasaan. Hanya dengan berkata “hmm.. okay, begitu ya.. lalu..” Walau nampaknya sederhana, jujur ini sulit bagi kita orangtua yang terbiasa mau ambil jalur cepat alias memberikan solusi dan menyelesaikan masalah. Ketika hal itu kita lakukan, anak akan menutup diri dan menghindar bicara kepada kita. Anak hanya akan meyatakan pikiran dan perasaan yang sejujurnya tanpa takut dihakimi.
Terkadang yang dibutuhkan anak hanya didengar saja, bukan solusinya. Hanya memberikan perhatian 100% kita bisa terkejut, ternyata anak mau terbuka dan mau berbagi pikiran dan perasaan. Hanya dengan berkata “hmm.. okay, begitu ya.. lalu..” Walau nampaknya sederhana, jujur ini sulit bagi kita orangtua yang terbiasa mau ambil jalur cepat alias memberikan solusi dan menyelesaikan masalah. Ketika hal itu kita lakukan, anak akan menutup diri dan menghindar bicara kepada kita. Anak hanya akan meyatakan pikiran dan perasaan yang sejujurnya tanpa takut dihakimi.
Ketika kita biarkan anak mengungkap emosi
dan pikirannya dengan bebas (saat kita ada untuk memberi dukungan
emosional), kita akan melihat mereka dapat menemukan solusi sendiri
untuk permasalahan mereka. Kelebihan lainnya dari pendekatan ini adalah
anak akan mengembangkan rasa percaya diri untuk berpikir bagi dirinya sendiri dan menghadapi tantangan – tantangan hidup.
Misal : “saya tadi berkelahi dengan Agus, disekolah”, respon kita “apa yang terjadi? Lukamu pasti sakit sekali yah.. oh, okay”
2. Mengenali dan mengambarkan emosi.
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.
Perlu bagi kita sesaat untuk mempelajari makna dari emosi, karena ini penting bagi kita untuk bisa mencerminkan emosi anak dan mengerti dengan pasti apa yang mereka rasakan. Dengan dimengertinya perasaan mereka, maka mudah bagi mereka untuk terbuka dan bicara tentang masalah mereka. Berikut adalah emosi yang umumnya dialami oleh manusia.
Nama Emosi dan Makna-nya :
- Marah – Merasakan adanya ketidakadilan
- Rasa bersalah – Kita merasa tidak adil terhadap orang lain
- Takut – Kita diharapkan antisipasi karena sesuatum yang tak diinginkan bisa saja terjadi
- Frustrasi – Melakukan sesuatu berulangkali dan hasilnya tak sesuai harapan artinya kita harus cari cara lain
- Kecewa – Apa yang diinginkan tidak bisa terwujud
- Sedih – Kehilangan sesuatu yang dirasa berharga
- Kesepian – Kebutuhan akan relasi yang bermakna bukan hanya sekedar berteman
- Rasa tidak mampu – Kebutuhan untuk belajar sesuatu karena ada sesuatu yang tak bisa dilakukan dengan baik
- Rasa bosan – Kebutuhan untuk bertumbuh dan mendapatkan tantangan baru
- Stress – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
- Depresi – Sesuatu yang terlalu menyakitkan dan harus segera dihentikan
Baiklah kita mulai dengan satu kasus, jika anak Anda datang kepada Anda dan berkata “Joni tidak mau bermain bola dengan ku” apa jawab Anda? “Sini main sama papa/mama, maen sama yang lain saja ya atau ya sudah.. maen sendiri saja”. Ketiga jawaban ini sekilas adalah jawaban klasik, dan memang dibenarkan karena sering dipakai. Pertanyaan saya ada Emosi apa dibalik kata-kata anak tersebut? Betul!! KECEWA, KESEPIAN, nah kalau begitu responnya bagaimana? “Hmm.. nak kamu pengen banget ya maen sama Joni?” atau “Hmm.. kamu kesepian yah, pengen main ya?” lalu tunggu responnya, biasanya anak akan bercerita panjang lebar, kemudian solusi sebaiknya diserahkan kepada anak, caranya “lalu apa yang bisa Papa/Mama bantu buat kamu? Mau maen sama Papa/Mama? Atau ada ide lain?”
Biarkan anak memilih solusi terbaik bagi dirinya. Hafalkan tabel diatas
dan gunakan untuk berkomunikasi dengan anak, pahami seiap kasus yang
dialami anak.
Dengan turut mengerti perasaan emosi anak dan membiarkan menemukan solusi masalahnya sendiri maka anak akan merasa dipahami dan nyaman. Serta akan tumbuh rasa percaya diri
dilingkungan yang menghargai dia. Dan berikutnya akan mudah bagi anak
untuk terbuka terhadap orangtuanya, dan sikap saling percaya antara
orangtua dan anak akan terbentuk dengan baik.
Sampai kini, kita telah belajar
bagaimana caranya agar anak terbuka dan percaya pada kita, betul?
Berikutnya bagaimana caranya mengarahkan? Caranya setelah kita mendengar
dan mengerti perasaan dan emosi anak, serta menanyakan solusi terbaik menurut anak (jika anak sudah mampu berpikir untuk solusi) tanyakan “bolehkah Papa/Mama usul?”
setelah ada ijin dari anak maka berikan masukan yang Anda rasa paling
mujarab. Terkadang cara pandang anak tidak sama dengan orangtua, kita
tahu jika anak memilih solusi yang kurang tepat (menurut orangtua)
dengan nilai, norma yang berlaku di lingkungan sosial maka kita bisa “menggiringnya” dengan mudah karena langkah 1 dan 2 sudah dilakukan. Tentunya dengan model komunikasi yang sopan dan tetap menghargai anak.
Pintu gerbang kekerasan hati anak akan
terbuka lebar saat kita mau menerima dan mengerti anak kita, dan anak
akan mempersilahkan kita masuk dan bertamu didalam lubuk hatinya yang
paling dalam. Ditempat itulah kita dapat meletakan pesan, arahan dan
masukan positif bagi kebaikan masa depan anak.
Saya paham cara ini butuh waktu, semua solusi cerdas untuk meningkatkan kualitas keluarga butuh waktu. Ada namanya “waktu tunggu” untuk suatu hasil yang istimewa. Masakan yang enak dan sehat butuh waktu dan proses didapur, tidak sekian detik jadi. Nah kualitas apa yang kita mau untuk keluarga kita?
JENIS PENYAKIT LIVER
Penyebab dari penyakit hati yang paling banyak dan paling umum disebabkan oleh adanya penyakit hepatitis, mengapa demikian karena penyakit hepatitis dan penyakit hati memiliki hubungan yang sangat erat, penyakit hepatitis merupakan penyakit yang mengawali timbulnya peradangan pada hati. Hepatitis yang tidak hanya disebabkan oleh adanya virus dari berbagai jenis hepatitis, ada pula yang disebabkan oleh adanya toksin atau racun, serta efek samping dari obat-obatan kimia, makanan yang banyak mengandung bahan pengawet dan bahan kimia lainnya juga melatar belakangi organ hati mengalami peradangan.
Gejala yang terlihat dari penderita penyakit hati atau liver atau penyakit yang bermula dari penyakit hepatitis ini, rona atau raut wajah akan terlihat lebih layu, warna selaput putih mata akan berubah menjadi kuning selain itu perubahan warna kulit juga terlihat kuning. Hal ini disebabkan oleh cairan empedu yang meningkatkan kadarnya dalam darah.
Penyakit hati sebelum menjadi kronis, sel-sel hati yang rusak tumbuh menjadi tumor hati yang jinak (benigna) dan ganas (maligna). Kemudian hati akan mengalami perlemakan yang kemudian hati akan membengkak (fatty liver). Tumor jinak atau ganas menyebabkan hati mengalami pembesaran dan perdarahan ke dalam rongga perut. Tumor hati yang jinak sering ditemukan, tetapi biasanya tidak menimbulkan gejala-gejala yang signifikan.
Berikut ini jenis-jenis tumor jinak pada hati yang merupakan bagian dari penyakit hati :
a. Adenoma hepatoseluler
Yang merupakan tumor hati yang jinak yang sering ditemukan, umumnya banyak terjadi pada wanita dalam usia produktif. Faktor penyebabnya adalah kemungkinan karena salah penggunaan atau efek samping dari pemakaian pil KB yang dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor. Namun jenis tumor ini tidak menimbulkan gejala-gejala yang signifikan, dan sebagian besar tumor ini tidak dapat terdeteksi. Akan tetapi perlu diwaspadai pula apabila terjadi pemecahan pada tumor jenis ini secara tiba-tiba dan dapat menyebabkan perdarahan hingga ke rongga perut sehingga diperlukan pembedahan darurat pada perut, sebagai salah satu upaya pencegahan sebelum menjadi tumor ganas dan berkembang menjadi kanker hati kronis.
Tumor jinak jenis Adenoma memang sangat jarang berkembang dan tumbuh menjadi tumor ganas, apabila pemakaian alat kontrasepsi dengan Pil KB ini dihentikan.
b. Hemangioma
Hemangioma merupakan jenis tumor hati yang jinak yang terbentuk melalui massa pembuluh darah yang tidak normal. Sekitar 1-5% terjadi pada orang dewasa memiliki hemangioma atau tumor hati yang kecil bagi penderita penyakit hati tanpa menimbulkan gejala.
Jika pada bayi, yang terdiagnosa terserang penyakit atau tumor hati hemangioma ini kemudian tumor jenis ini membesar dan menimbulkan gejala seperti terjadi pembekuan darah yang menyebar luas dan kegagalan hati. Maka perlu dilakukan upaya pembedahan. Unutk mengetahui perkembangan tumor hati jenis ini perlu dilakukan pemeriksaan USG atau CT scan, jika hemangioma kecil tidak menimbulkan gejala maka tidak perlu dilakukan pengobatan yang lebih besar.
Penyakit hati yang digawangi melalui penyakit hepatitis ini, sebelum berkembang menjadi kanker hati, muncul tumor jinak yang kemudian menjadi tumor ganas.
Berikut ini jenis tumor ganas pada hati :
a. Hepatoma
b. Kolangiokarsinoma
c. Hepatoblastoma
d. Angiosarkoma
Langganan:
Postingan (Atom)